Toxic Positivity terdiri dari dua kata yang memiliki arti bertolak belakang yakni toxic artinya racun dan positivity berarti positif atau kebaikan.
Jadi sederhananya toxic positivity adalah kondisi dimana seseorang mencoba berpikir positif padahal sebenarnya pikiran mereka menolak untuk menerima emosi negatif.
Biasanya seseorang yang mencoba menghindari perasaan sedih, terluka, kecewa kadang butuh untuk meluapkan perasaan tersebut karena tidak selamanya emosi negatif berdampak buruk bagi kesehatan mental.
Namun apa kamu sadar bahwa beberapa kalimat yang seolah motivasi sebenarnya bermakna merusak diri? Yuk kita simak apa saja bentuk kalimat toxic positivity itu.
Baca Juga: Toxic Positivity, Kata-kata penyemangat yang menyesatkan
Contoh Kalimat Toxic Positivity yang Sebaiknya Dihindari
![]() |
Source: Forbes.com |
1. Sabar mungkin ini belum rezeki kamu
Terdengar cukup menguatkan padahal sebenarnya bagi orang yang benar-benar membutuhkan atau mengharapkan sesuatu bisa menjadi beban pikiran.
Jika kalimat ini sering dilontarkan, mereka akan berpikir setiap kesempatan yang dilakukan apabila gagal, selalu bukan rezeki mereka. Ada baiknya kamu mengganti kalimat di atas dengan “Sabar ya, kamu bisa mencoba kesempatan itu di tempat lain seperti sebelumnya.”
2. Kamu masih mending, kalo mereka …
Salah satu kalimat toxic positivity lainnya adalah membandingkan masalah dengan orang lain. Ujung-ujungnya jadi malah mengcompare nasib padahal niatan awal pengin curhat.
Daripada membuat perbandingan yang tidak perlu, lebih baik hanya fokus menjadi pendengar saja. Nyatanya mereka yang menceritakan masalahnya kadang-kadang hanya perlu pendengar yang baik saja.
3. Kamu kayaknya kurang bersyukur deh, kurang apalagi coba
Tidak semua orang yang terlihat stres kurang bersyukur. Mereka mungkin sedang butuh waktu untuk merenungi sesuatu hal atau masalah yang sedang dihadapi.
Kamu sebaiknya menghindari kalimat di atas. Alangkah baiknya jika kamu mengubah kalimat menjadi “Aku lihat akhir-akhir ini kamu sering diam, ada apa? Cerita yuk, siapa tau aku bisa bantu.”
4. Jangan berpikir negatif terus deh
Mencoba membuat seseorang untuk membuang pikiran negatif adalah sesuatu yang salah, dan itu tidak membuat masalahnya selesai.
Lebih baik kamu coba untuk membuat pikirannya tenang dengan berbicara, “Kamu tidak perlu merasa bersalah, lebih baik tenangin dulu hati sama pikiran kamu, ya!”
Baca Juga: Pistanthrophobia akibat trauma menyakitkan di masa lalu
5. Jangan banyak ngeluh ah, hidup masih panjang tau!
Kamu gak akan tahu perasaan teman kamu seperti apa sehingga mereka terlihat banyak mengeluh. Daripada membuatnya emosi dan menambah beban pikiran ada baiknya kamu bilang, “Mending kita jalan yuk, aku enggak bisa liat kamu kayak gini terus”.
Mengajaknya jalan keluar bisa menjadi obat terbaik saat sedang banyak pikiran yang berat lho.
6. Sudah Jangan terlalu dipikirkan
Mereka cerita karena ingin melontarkan sedikit demi sedikit beban pikiran yang dirasakan. Gak etis dong kalo kamu tiba-tiba bilang kalimat tersebut, pada teman yang sedang mencoba berbagi ceritanya sama kamu.
Coba untuk lebih menghargai perasaan orang lain dengan mengganti kalimatnya “udah mau ceritapun, aku seneng kok setidaknya beban pikiran kamu sedikit berkurang kan”
7. Contoh Kalimat Toxic Positivity Seperti ‘Keberhasilan itu pilihan’
Kalimat ini memiliki sifat yang menekan, secara tidak langsung kamu menyuruh seseorang untuk berhasil pada hal yang sedang dilakukan.
Memang selalu ada target yang harus dicapai berupa kesuksesan atau keberhasilan, tapi tidak salah juga bila usaha yang kita lakukan sewaktu-waktu bisa gagal.
Dari pada mengatakan kalimat di atas,mending menggantinya dengan kalimat ,”Usahakan dulu dengan maksimal, gagal atau berhasil enggak jadi masalah itu bisa menjadi pelajaran di kemudian hari”.
Bagaimana sekarang kamu sudah tahukan, kalimat toxic positivity yang terdengar memotivasi padahal sebenarnya bisa jadi bumerang bagi pendengarnya.
Yuk lebih sensitif dan empati lagi dalam menghadapi masalah teman kamu atau keluarga yang mencoba curhat kepadamu agar membentuk kesehatan mental yang lebih baik.

Seorang penulis yang telah berkecimpung dalam bidang ini selama lebih dari lima tahun.
Saat ini kegiatan saya tidak hanya sekedar menulis, tapi juga sedang mendalami tentang SEO (Search Engine Optimization) serta membangun situs ini agar bisa lebih berkembang.