Sedikit merefresh kebelakang 10 Desember 2015 saya berpikir, ‘kayanya kalo udah bisa bahasa inggris, lancar ngomong bahasa inggris gampang dapet kerja’ sesumbar saya waktu itu. Nyatanya BELUM BERUNTUNG ! karena skor saya masih kecil buat berani ngambil TOEFL.
![]() |
Sumber : Google.com |
10 November 2016 hari dimana saya balik dari jawa (Pare Kediri) dan saat itulah saya resmi ‘pengangguran’. Memangnya di jawa kerja? Ga! Saya belajar bahasa Inggris dan setiap harinya selalu diisi dengan materi-materi bahasa Inggris, sehingga bisa katakan saya seorang pelajar disana.
Jauh sebelum kepulangan saya ke rumah di tanggal tersebut, saya udah melamar kerja via email. Ada beberapa yang meminta saya untuk menghadiri interview, hanya keinginan untuk belajar TOEFL belum terpenuhi, sehingga saya tolak. Begitu sampai rumah saya langsung lamar sana-sini via email, pos, dan aplikasi penyedia loker. Selang seminggu di rumah ada perusahaan media menyuruh saya untuk datang interview, saya pun menyanggupi tapi namanya memang bukan rejeki, mendadak saat pengumuman lolos tidaknya handphone saya malah non aktif.
Semakin besar keinginan saya untuk bekerja, ada rasa penyesalan, kemarahan, dan penyalahan diri sejak teledornya saya waktu itu. Nasihat dan kritikan datang dari sana-sini. Saya coba resapi setiap masukan dari orang terdekat saya. Menguatkan diri yang sempat hilang arah karena tak kunjung di pertemukan dengan jalannya.
Dulu pas kuliah saya sering berkata seperti ini kepada sahabat saya ‘kapan yah kita bilang lagi di kantor, kapan yah ngerasain gajian?’ padahal dari sejak kuliah saya adalah orang yang paling getol nyari loker karena sempat kepikiran pengen freelance.
Berjalanlah waktu dari 10 November,10 Desember, 10 Januari, 10 Februari, hingga 10 Maret. Kapan kunjung datangnya jodoh saya? Sementara usaha saya tidak main-main untuk dapat kerja. Lewat nyari informasi dilinkedIn, lamaran via aplikasi loker seperti hiredtoday, jobstreet, jobdb.com, karir.com, loker.id, jobindo.com dan jobs.id. Belum lagi saya add semua akun penyedia loker di Instagram, facebook, dan twitter. Tiap harinya 5-10 lamaran saya kirim per-via aplikasi penyedia loker, belum via email, pos dan beberapa job fair yang sempet diikuti. Mungkin kurang lebih 300 ratusan lebih lamaran udah saya coba, karena di akun jobstreet saja udah tembus 143.
Pernah saat itu saya bingung dari beratus-ratus lamaran yang saya kirim hanya beberapa yang meminta saya untuk datang interview. Apa yang salah? Beberapa kali desain CV dan Surat lamaran saya perbaiki, format pengiriman pesan pun saya atur sedemikian rupa supaya HRD tidak sulit mensubmit data saya. Alhasil dari perbaikan tersebut ada yang menyatakan tertarik dan menginterview saya.
Waktu itu juga saya sulit berpijak pada pendirian sendiri, padahal pas pertama melamar kerja fokus saya hanya ingin kerja di media (titik), meskipun saya merasa kehawatiran dan ketidakyakinan kerja di Media karena bagi saya sekarang menjadi pekerjaan yang subhat (beberapa media lebih condong pada politik dan saya hanya ingin bekerja pada media yang netral tidak condong pada siapapun). Kegagalan-kegagalan di beberapa media seperti Bloomberg TV, Dream.com, Detik.com, Mediavista hingga seleksi Net TV membuat saya semakin tidak yakin saya bisa bekerja di bidang saya.
Hingga sebulanan lebih saya tinggal di Bogor kakak saya menyarankan untuk tidak banyak memilih pekerjaan dan perusahaan. Lamarlah apapun itu jadi Customer Service, Admin, Marketing, supervisor, call center, editor, guru, photografer dan lain-lain. Target tempat kerjapun saya ubah dari yang tadinya di Bandung, menjadi Bogor, Jakarta bahkan Cirebon.
Perasaan saya sangat sensitif, sangat rapuh dan mudah menangis. Tetapi saya coba sekuat mungkin berhusnudzhon kepada Alloh bahwa memang belum waktunya saya kerja, dia tau yang terbaik buat saya.
Alhamdulillah wasyukurilah, meski dalam keadaan terpuruk, kerjaan tidak punya, uang tidak ada, saya masih bisa berucap syukur atas hadirnya keluarga yang sangat sportif. Mamah yang mengerti keadaan anaknya, setia mendengarkan keluh kesah saya, dan dia juga yang banyak mengeluarkan materi dalam proses interview saya disana-sini, teteh Eka dan suami yang mau menampung saya untuk tinggal sementara di Bogor mencari kerja serta Aa-aa saya yang masih sempat ngasih ampau buat bekal saya. Kalau saya tidak memiliki mereka, saya tidak akan merasa masih beruntung di tengah kesulitan saya.
Lewat interview juga saya jadi tau tempat-tempat di ibukota. Saya jadi tau gedung Trans Tv, kantor Dream di Tebet, UI depok, Sentul City pas seleksi Net Tv, kantor Mediavista di Jakarta Timur, Media trust Jakarta Barat, Bloomberg tv Cipete Jaksel, Pharos di cabang Bogor.
Saya juga hampir kena tipu 3 kali di perusahaan yang meminta saya untuk interview, ada yang harus kirim duit dulu di transfer (waktu itu ngaku perusahaan minyak arab saudi) ada yang harus datang interview dengan posisi berbeda dalam lamaran saya dll.
Hingga akhirnya di perusahaan yang ke 9 disebuah media online yang membahas tentang karir, saya menjalani sesi interview dan test tulis. Udah nothing to lose (pasrah) aja sih waktu itu karena saya baru sadar tulisan saya lebay seudah keluar test. Dan saya ga PD diterima karena terbiasa di tolak terus. Hingga selang 2 hari saya di beri tahu kalo saya lolos disana dan berharap bisa kerja di tanggal 24 Maret.
Puji Tuhan, 5 bulan saya menunggu, ihtiar sana-sini. Bahkan sebelumnya study hard untuk seleksi Net Tv tapi sayangnya saya gagal di proses ke-2. Meski perusahaan saya kecil, tapi saya tidak melihat perusahaan itu. Prinsip saya adalah mengabdi pada profesi saya (jurnalis) karena saya percaya setiap perusahaan kecil juga akan menjadi besar pada waktunya jika setiap stake holder bekerja sungguh- sungguh.
Hingga sampai sekarang seperti yang di bilang Pak Wishnu Utama CEO Net Tv “saya tidak tau peran ini yang memilih saya atau saya yang memilih peran ini”. Saya hanya ingin menjalani sesuai rule Tuhan.
Catatan : Buat yang sekarang lagi nyari kerja, tetap semangat meskipun itu berat saya tau dan pernah merasakan. Ingat aja kalo setiap orang punya zona waktunya masing-masing dan beda-beda. Jangan pernah membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Lebih mendekatkan lagi ke Yang Diatas lewat amalan seperti sholat dhuha, ngaji, sholat tahajud dan jangan tinggal sholat wajib. Mungkin di waktu nganggur itulah saatnya kamu buat deket sama keluarga, intinya ambil sisi positifnya aja.

Seorang penulis yang telah berkecimpung dalam bidang ini selama lebih dari lima tahun.
Saat ini kegiatan saya tidak hanya sekedar menulis, tapi juga sedang mendalami tentang SEO (Search Engine Optimization) serta membangun situs ini agar bisa lebih berkembang.