Pendidikan merupakan suatu pilar dasar yang menjadi bagian kemajuan suatu bangsa. Selain faktor lain seperti ekonomi dan sumber daya alam. Karena jika suatu negara ingin mencapai negara yang maju maka, pendidikan sangat menunjang. Hari ini, 2 mei 2013 adalah merupakan hari pendidikan nasional. Tetapi sudah sejauh mana Indonesia berkembang, dalam pendidikan dari sejak di peringati tahun 1967?
Yang terjadi selama ini, pendidikan di Indonesia masih belum mengecap kata memuaskan. Dikutip dari berita Suara merdeka.com (02 November 2012) Menurut Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof Dr Ir Musliar Kasim MS menuturkan Indonesia menduduki ranking 63 dari 144 negara ini dinilai dari beberapa aspek yang meliputi bidang ekonomi, pemerintahan, kesehatan, keamanan, kebebasan pribadi dan kekeluargaan.
Tetapi dalam hal ini, kita menyoroti segi pendidikan di negeri ini masih jauh dari kata unggul. Ada banyak ketimpangan yang terjadi seperti biaya untuk melaksanakan pendidikan cukup mahal, pelaksanaan UN yang menegangkan dan kisruh, kurikulum yang selalu berubah, tawuran pelajar dimana-mana, infrastruktur tidak layak, kualitas pendidik yang kurang serta tidak berimbangnya kualitas pendidikan di Indonesia bagian timur dan barat.
Beberapa hari yang lalu para siswa telah menjalankan ujian nasional. Dimana kita tahu bahwa ujian nasional ini, setiap tahunnya selalu mendatangkan keresahan tidak hanya di kalangan murid, tetapi juga guru sekaligus keluarganya. Tingkat keresahan ini menimbulkan stress yang cukup besar sehingga dengan tekanan yang begitu dalam ada saja kasus bunuh diri yang dilakukan oleh pelajar menjelang UN. Seperti yang di kutip dari laman Kompas.com (5April 2013) seorang pelajar Deni Supandi (18) siswa dari salah satu SMK di Brebes gantung diri di rumahnya menggunakan kabel antena TV di daerah Penjaringan Jakarta Utara.
Banyak pihak yang mulai angkat bicara mengenai kelayakan UN ini, karena sekarang UN seolah-olah seperti jalan kematian yang harus dilalui para siswa untuk mengecap pendidikan yang lebih tinggi. Padahal posisi dari pendidikan harusnya tidak menjadikan murid menjadi orang yang paranoid, tetapi menjadikan mereka orang-orang yang berani, percaya diri dan mampu menatap masa depan yang lebih indah. Dikutip dari laman PR Online, 24 April 2013 Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia Wilayah Jawa Barat (Jabar) menolak Ujian Nasional (UN) digunakan sebagai salah satu standar kelulusan. Hal ini disebabkan pemerintah gagal dalam menyelenggarakan UN.
Jelas, pendapat ini tidak semata dari sisi emosi mahasiswa saja. Karena apa? Sudah menjadi rahasia umum, UN juga yang merupakan hajat besar pendidikan. Layaknya harus benar-benar jujur, tetapi banyak dari pihak sekolah ataupun siswa mejadikan momentum UN sebagai momentum mencontek nasional. Secara tidak langsung UN telah menanamkan ketakutan yang pada akhirnya berimbas pada etika korupsi kecil. Kita bisa membayangkan apa yang terjadi di masa depan nanti.
Hingga berbarengan dengan kasus UN yang selalu menimbulkan keresahan. Sudah muncul pula kontroversi mengenai kurikulum 2013 yang cukup menyita perhatian masyarakat. Bagaimana tidak, perombakan kurikulum ini bisa mencapai 648 Miliyar, tapi tidak hanya itu masalahnya. Tetapi banyak dari pengamat pendidikan yang menganggap kurikulum ini tidak layak, misalnya menurut Aliansi Revolusi pendidikan yang terdiri dari Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Forum Musyawarah Guru Jakarta (FMGJ), Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPPI), serta Forum Guru Independen Indonesia ( FGII) menyatakan penolakan terhadap kurikulum ini karena dianggap tidak mengerti konteks pendidikan sebagai alat untuk menciptakan manusia-manusia kreatif. (Tribunnews.com 2 April 2013)
Rasanya terlalu repot apa yang dilakukan oleh kementrian pendidikan nasional. Disamping harus mengurus permasalahan UN, tapi disisi lain mereka pun merombak kurikulum yang sudah ada dengan kurikulum yang baru. Dan rasa-rasanya di Indonesia ini merupakan negara yang tidak konsisten dalam menggarap kurikulum pendidikan. Kenapa tidak? Karena perombakan ini hampir selalu terjadi setiap berubahnya mentri pendidikan. Seolah-olah kementrian pendidikan ini dalam segi program kerjanya tidak akan afhdol jika tidak membuat kurikulum yang baru di tambah menuangkan peraturan yang baru tentang UN.
Harusnya kurikulum pendidikan ini lebih mengedepankan pada aspek kecerdasan emosi siswa/ character building. Karena dengan begitu jika karakter siswa tertempa dengan kebiasaan yang positif sejak dini, maka sisi negatif dari perilaku mencontek misalnya, tawuran dapat tertekan. Dan ketika besar nanti siswa tidak perlu mencari seperti apa karakternya karena karakter ini sudah tertanam sejak kecil.
Sesungghnya inti dari pendidikan adalah menjadikan manusia seutuhnya. Semoga jaya pendidikan Indonesia.

Seorang penulis yang telah berkecimpung dalam bidang ini selama lebih dari lima tahun.
Saat ini kegiatan saya tidak hanya sekedar menulis, tapi juga sedang mendalami tentang SEO (Search Engine Optimization) serta membangun situs ini agar bisa lebih berkembang.