Skip to content

Pos-pos Terbaru

  • Pengalaman Menggunakan TWS VIVAN LIBERTY T200 – JD.ID HAUL Review Produk
  • 5 Ide side hustle yang bisa menghasilkan cuan, berani coba?
  • Mengulik Mukjizat Nabi Ibrahim AS yang Patut Kita Akui
  • 7 Kalimat Toxic Positivity yang Dikira Motivasi, Jangan Ucapkan Lagi Ya!
  • Yuk Simak Perbedaan Matcha dan Green Tea yang Kerap Dianggap Sama

Most Used Categories

  • Feature (55)
  • Karir (24)
  • Teknologi (22)
  • REVIEW (11)
  • Kesehatan Mental (11)
  • Portofolio (10)
  • Youtube (6)
  • Finansial (3)
Skip to content
Subscribe

Denai Cahaya Malam

Catatan Digital Nur Lella Junaedi

Subscribe
  • Home
  • Feature
  • Finansial
  • Karir
  • Kesehatan Mental
  • Portofolio
  • Review
  • Teknologi
  • YouTube
  • Home
  • 2012
  • November
  • 25
  • lanjutan…

lanjutan…

NurlellajunaediNovember 25, 2012
Season #2
Pembicaraaan dimalam itu bersama ibu  padaku dan teteh terasa sangat dekat. Ibu terus menceritakan bahwa dia kelak ingin memiliki rumah impian yang besar yang didalamnya ada ayah, ibu, abang, teteh aku dan juga beberapa anak asuh yatim piatu kami.
Iyah, sejak kepergian ayah ibu memang begitu baik hati, selalu membagi apapun. Makanan atau harta, baik itu sedikit maupun banyak kepada anak-anak yatim yang berada di seberang kampung kami. Ibu berbicara padaku bahwa anak yatim itu merupakan bahan amalan ibu dan ayah didunia yang kelak akan dibayar disyurganya Alloh. Ibu ingin aku, dan teteh dan mewujudkan impian itu. Walaupun sebenarnya, dilubuk hati ibu yang paling dalam. Bahwa rumah yang besar itu Rumah yang indah. Yang  didepannya langsung memilki halaman yang luas dengan pasir putih, hamparan laut yang biru, dengan rimbunnya pohon kelapa dan juga kursi bermain anak-anak yatim yang kami milki. “Disana ada ibu, ayah, kamu, bang bams, bang adi dan teteh” lirihnya pelan
Namun, karena kemiskinan kami yang hanya keluarga nelayan di pesisir pantai pangandaran ini. Kami tidak bisa mewujudkan rumah impian itu. Rumah yang indah yang depannya langsung memilki halaman yang luas dengan pasir putih, hamparan laut yang biru, dengan rimbunnya pohon kelapa dan juga kursi bermain anak-anak yatim yang kami milki. Hanya berusaha dan menunggu keajaiban tangan tuhan yang dapat kami lakukan untuk mengeluarkan keluarga kami dari kemiskinan ini.
Tapi memang begitulah, walaupun kami dalam kemiskinan tetapi berbagi kepada sesama tetap menjadi prioritas hidup kami.
***
Tak lama setelah cerita itu, ibu pun mengantuk dan mulai terpejam matanya untuk tidur. Hingga paginya aku yang sudah menyiapkan bubur untuknya membangungkannya dengan perlahan. Ku  bangunkan ibu dengan nada halus “ Ibu, bangun, ayo ibu harus sarapan dahulu, agar ibunda sembuh”. Namun setelah mencoba lima menit aku membangunkan ibu, tapi raganya tak juga geming dan bangun. Hingga aku pegang pergelangan tangannya yang kurus itu. Tak aku rasakan lagi denyut kehidupan didalam denyut nadinya. Untuk memastikan bahwa aku salah maka, akupun mendekatkan telingaku mencoba mendengar detak jantungnya dan aura nafasnya namun lagi-lagi yang ku dapati adalah datar. Ibu tetap tidak bergeming. Disana, aku menangis untuk yang kedua kalinya dalam hidupku dan mencoba menyangkal dengan keadaan bahwa ibu telah tiada.
“Betapa tuhan tidak adilnya padaku, mengambil sebagian belahan raga ini, yang telah membesarkanku, mendidikku dengan penuh kasih dan sayangnya. Hanya  dia intan yang aku miliki tuhan, selepas kau ambil mutiara hidup ayah dari samping keluarga ini, mengapa begitu cepat engkau ambil mutiara dan intan itu dari dalam kehidupanku tuhan?”
Di ruangan rumah sakit yang sempit itu, aku menjerit dan menangis mendapati lagi-lagi jasad orangtuaku yang terbujur kaku tak dapat berucap lagi.
Teteh, berusaha menenangkanku dan mendekap kepalaku namun yang kudapatkan ini bukanlah pelukkan ibuku yang hangat seperti dahulu. Kehidupanku hancur kala itu. Mimpi yang berusaha aku rajut untuk bisa mempersembahkan gelar sarjanaku pada ibu dan ayah, musnah sudah kala itu juga.
Alan yang tadinya seorang pemuda penuh ambisi dengan keinginan untuk berubah seketika menjadi Alan yang mudah menyerah.
***
 Tak ingin membiarkan adiknya terus ada dalam keterpurukan teteh dan abang-abangku mensihatiku bahwa hidupku harus berubah tidak boleh seperti ini terus. Kata mereka, tongkat estapeta kesuksesan keluargaku ada ditanganku. Aku yang harus mengabulkan keinginan terkahir ibu. Seperti yang pernah beliau utarakan sebelum pergi untuk selamanya.
Kata abang bahwa aku harus mandiri, mampu berdiri sendiri diatas kakiku, menjadi penopang yang kuat untuk diriku sendiri. Maka dari itu, dia akan mengirimku untuk berkualiah di sebuah universitas negeri di bandung, membiayai kuliahku sampai dengan masuk jalur pertama. Selebihnya aku harus berusaha sendiri untuk melanjutkan cita-cita ibu ku yaitu membangun rumah yang besar dan indah untuk keluargaku dan anak-anak yatim asuhan kami.
***
Waktupun bergulir begitu cepat, sudah lima tahun dari kepergian ibu tapi wajah beliau tetap menjadi intan didalam hatiku. Dari berbagai kesempatan yang tuhan berikan kepadaku dari mulai menjadi guru bimbel bahasa inggris TK, SD,SMP, lalu menjadi pedagang roti keliling, lalu siang harinya aku menjadi karyawan fotocopian di unversitasku, lalu pernah juga menjadi penulis artikel di beberapa surat kabar terbitan kota bandung dan dari sanalah aku berniat untuk melatih skill ku dibidang Enterpreuner aku menjadi pemotivasi, lalu aku membuka usaha roti kukus dengan 3 cabang di kampus. Alhamdulilah cukup, bahkan lebih untuk menggaji, dan membiayai hidupku bahkan sebagian dari uang itu aku kirim ke kampung dan aku tabungkan di Bank.
***
Dengan kerja keras yang aku lakukan sejak mulai aku kuliah itu, kini aku yakin bahwa dalam waktu dekat ini rumah impian ibu akan segera tercapai . Aku semakin mantap saja menatap masa depan karena didalam genggamanku sekarang, mimpi ibu telah aku wujudkan, gelar telah berhasil aku raih, pekerjaan didepanku sebagai Pemred Majalah berbahasa Inggris tinggal selangkah lagi dan peluangku sebagai wirausahawan muda Roti Kukus telah mulai terlihat hasilnya.
Kini aku yakin bersama mimpi-mimpiku aku bisa membangun mewujudkan rumah impian ibu dan impian keluargaku.
[Nurlailla kamil]
Nurlellajunaedi

Seorang penulis yang telah berkecimpung dalam bidang ini selama lebih dari lima tahun.
Saat ini kegiatan saya tidak hanya sekedar menulis, tapi juga sedang mendalami tentang SEO (Search Engine Optimization) serta membangun situs ini agar bisa lebih berkembang.

Navigasi pos

Previous: Jumat Berkah di awal bulan Muharram
Next: Rumah Impian Ibu

Related Posts

Mengulik Mukjizat Nabi Ibrahim AS yang Patut Kita Akui

Juli 10, 2022November 5, 2022 Nurlellajunaedi

Yuk Simak Perbedaan Matcha dan Green Tea yang Kerap Dianggap Sama

Juli 3, 2022November 5, 2022 Nurlellajunaedi

Hal penting yang harus kamu tahu tentang Virus Corona

Maret 21, 2020 Nurlellajunaedi

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

Komentar

  1. Dzikri mengenai Interview Wilmar Indonesia (Review Kerja)Juli 23, 2022

    Mohon izin untuk interview apakah benar menggunakan bahasa Inggris sepenuhnya?

  2. benny mengenai 5 Tips menulis artikel SEO Friendly untuk BloggerJuli 23, 2022

    Nice info

  3. Website Murah Surabaya mengenai Cara Menjadi SEO Specialist dan Trennya di Masa DepanNovember 29, 2021

    apa itu seoMantab gan.., siapa tau bisa buat referensi

  4. nurlellamusic.blogspot.com mengenai 5 Cara mengamankan WordPress dari modus peretasanApril 25, 2021

    Wihh good job ka.. Sudah aware banget kayanya ya. :))Terimakasih sudah berkunjung. :))

  5. Raja Lubis mengenai 5 Cara mengamankan WordPress dari modus peretasanApril 25, 2021

    Alhamdulillah wordpressku sejauh ini aman-aman saja. KOmentar spam sudah bisa dilindungi akismet. Dan saya sering ganti password secara berkala.

Copyright All Rights Reserved | Theme: BlockWP by Candid Themes.
Go to mobile version